Di usia senja ini saya jadi sering memperhatikan perilaku orang yang ada disekitar saya. Saya sangat ingin membahas, mengupas, bahkan menulis dengan baik mengenai perilaku orang-orang diseputar saya tersebut, tapi kendalanya saya bukan ahlinya, apalagi saya juga bukan seorang psikolog. Meski mungkin kupasan saya ngawur, tapi ingin berupaya mencoba menulisnya.
Nah, orang yang saya amati berusia 27 tahun, beristri, dan mempunyai dua orang anak masih kecil-kecil, adalah seseorang yang bekerja paruh waktu dengan saya jadi orang sederhana yang saya bicarakan ini, disamping bekerja kepada saya dia juga mempunyai pekerjaan tetap yakni sebagai salah seorang pembantu atau penjaga sekolah sebuah yayasan pendidikan. Disamping pekerjaan pokok sebagai pesuruh sekolah dan juga bekerja di saya, juga masih beberapa pekerjaan yang dia lakukan misal ngojek motor, berjualan ayam kampung, dan membantu istrinya bekerja di kebun. Perlu saya jelaskan disamping pekerjaan yang saya sebutkan tadi, juga dia sedang menyelesaikan belajar Paket C untuk SMA-nya. Sementar Paket B yaitu SMP baru saja diselesaikannya. Jadi saya melihatnya dia itu orangnya sibuk sekali.
Ada lagi, bahwa dia itu orangnya nrimo atas segala nasib yang menimpa dirinya. Saya juga ingin mengatakan bahwa dia itu tidak pernah mengeluh atas segala apa yang diterimanya. Dia selalu menceritakan hal-hal yang baik tentang cerita diri dan keluarganya. Dia tidak pernah mengeluh atas segala kesulitan yang menimpa dirinya. Walaupun saya tahu dia juga sebagai manusia banyak romantika hidup yang kadang menyedihkan.
Satu lagi, dia itu orangnya gampang kalau diminta tolong, dan jika diminta tolong oleh siapapun selalu sangup saja, selalu iya saja, meskipun kadang dia sudah super sibuk. Misal saya ingin memberi contoh karena dia bekerja sebagai pembantu di sekolah maka hampir semua guru jika perlu sesuatu pasti menyuruh dia karena orangnya jujur dan tentu saja bisa dipercaya. Disuruhnya bisa macam-macam dari minta tolong dibelikan nasi bungkus sampai mengambilkan konci punya salah seorang guru yang ketinggalan di tumahnya. Dia mau saja dan sanggup saja.
Karena sikapnya yang gampang disuruh dan dimintai tolong akibatnya dia sibuk sekali. Mungkin juga karena terlalu banyak tugas dan pekerjaan di pikirannya banyak bercabang atas tugas-tugas tersebut. Bahkan akibat dari itu dia sering lupa akan beberapa tugas yang diberikan kepadanya. Karena sebelum selesai pekerjaan yang satu sudah datang pekerjaan yang lain.
Saya juga melihatnya dia itu mempunyai sikap yang selalu ingin menolong orang lain, selalu siap saja, selalu oke saja, apabila diminta pertolongan orang lain.
Menurut saya dia harus membatasi tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Misalnya dia harus menyelesaikan tugas-tugas pokoknya yakni urusan misal kebersihan kelas di sekolah tempat dia bekerja. Kemudian ini, seperti judul tulisan sederhana saya ini yakni harus berani mengatakan tidak terhadap suruhan-suruhan dari orang lain jika tugas yang lain sudah menumpuk.
Jikalau dia tetap “berperilaku” begitu nanti suatu saat dalam bekrja dia akan kedodoran, tidak fokus, bahkan kemungkinan akan banyak salahnya. Memang iya dari mudahnya dia disuruh, dia sering mendapatkan tip atau rizki lain yang dia dapatkan, sehingga nampaknya kalau kebutuhan-kebutuhan kecil untuk kehidupannya cukup terpenuhi.
Suatu saat jika ada waktu senggang saya sebagai orang tua ingin menasehatinya agar jangan terlalu sibuk dengan tugas yang tidak urgen, agar pekerjaannya bisa lebih baik lagi, lebih fokus, dan tidak banyak membuat kesalahan.