Madat Baheula di Gang Aljabri Bandung

Semasa kecil usia SD di Ciamis Jawa Barat sana, meskipun berbahasa ibu Sunda akan tetapi ajaran kebaikan selain belajar berbahasa ahlak berbahasa Sunda dari agama berbahasa asal Arab, juga ahlak-ahlak baik dari bahasa Jawa. Mungkin juga karena Kabupaten Ciamis berbatasan dengan Jawa Tengah.

Ajaran kebaikan tersebut adalah dilarang keras melakukan MO-LIMO, mungkin supaya mudah diingat. Molimo adalah ma-lima atau ma yang lima. Ma-lima dimaksud adalah dilarang maen (berjudi), dilarang madon (prostitusi), dilarang maling (mencuri/korupsi), dilarang madat (candu/narkoba), minum (mabuk/minuman keras).

Tahun 70-an ke RS Immanuel sering ada pasien tua yang yang kurus kering kebetulan dari etnis Cina yang kecanduan madat, yang sambil menunggu hasil laboratorium oleh pengantarnya diberikan madatnya yang kalau tidak salah rupanya seperti dodol Garut bagitu. Ketika ditanya alamatnya berasal dari Pecinan Bandung.

Dua pemadat baheula di JawaBarangkali kurus keringnya seperti gambar di samping ini. Gambar disamping ini didapat dari koleksi KTLV dengan keterangan gambar sebagai berikut:

Dua perokok opium di pulau Jawa, Merokok opium diperkenalkan ke Jawa oleh Belanda, yang mendirikan pelabuhan utama Batavia (Jakarta). Merokok opium pada mulanya bagian terutama dari kehidupan sosial di kalangan kelas atas Jawa, tetapi di abad ke-19 semakin menyebar ke buruh yang melayani perkembangan ekonomi colonial.

Pecinannya Bandung adalah berada di kota lama atau kota tuanya Bandung yaitu seputar jalan Alkateri, jalan ABC, Pasar Baru, jalan Suniaraja, dan jalan Pecinan lama sendiri.

Nah kata orang tempat madat yang terkenal jaman baheula di Bandung adalah di gang Aljabri yang berada di jalan Alkateri kalau sekarang persisnya didepan toko mainan Gow & Gow atau depan lotek pincuk dan warung kopi Purnama.

Cerita mengenai gang sempit dan relung-relung kota Bandung bisa didapat dari pengarang-pengarang Sunda yang terkadang menyebutkan keadaan jalan dan gang-gang di Bandung secara tepat. Contoh pengarang yang begitu adalah Syarif Amin  dalam bukunya “Babu Kajajaden” (babu (prt) jadi-jadian).

Adapun pengarang terkenal yang bercerita tentang madat yang berlokasi di gang Aljabri Bandung itu adalah Us Tiarsa R dalam bukunya “Basa Bandung Halimunan (Ketika Bandung Masih Berembun).  Beliau bercerita ketika masa kanak-kanaknya yang memang tinggal di Kota Bandung.

Ia bercerita: Pulang dari main bola di Tegallega, menyusuri jalan Kabupaten (Dewi Sartika) lurus ke Alun-alun, menyebrangi jalan Asia Afrika persis di depan Kantor Pos Besar Bandung, terus ke barat belok ke kanan jalan Alkateri. Di seberang Gow & Gow masuk saja ke gang Aljabri.

Selanjutnya di suatu rumah yang dipagar kelihatan ada encek bertiga sedang duduk di balai-balai seperti yang sakit parah badannya kurus kering, mungkin seperti gambar di atas.

Cerita selanjutnya disebutkan, ternyata betul di Bandung ada tempat yang disediakan untuk yang suka madat yang masih ada sampai tahun 1970-an yaitu di Aljabri. Banyak cina yang ketagihan madat yang sudah tua tidak ada yang masih muda. Karena lumayan banyak Cina tua yang ngamadat, maka oleh pemerintah “disediakan” tempat.

Tidak hanya kata orang tua yang beragama Islam saja bahwa madat itu haram, Cina pemadat sendiri yang sudah terlanjur pemadat melarang keras keturunannya yang mencoba-coba madat. Tidak haram bagaimana kelihatan akibatnya seperti gambar di atas.

Maka dari itu kalau zaman sekarang pantas selalu didengungkan bahwa dilarang dan jauhi narkoba! Itu kan kepanjangannya dari dilarang ma nya madat.

4 thoughts on “Madat Baheula di Gang Aljabri Bandung

  1. Untunglah sekarang Aljabri bersih dari para pemadat. Apa kabar P Eman? Sdh cukup lama gak update blog ya Pak?

  2. Bu Evi, betul sekarang tinggal penjual barang antik bukan lagi tempat pemadat. Saya baik-baik saja, iya ini keenakan berbulan-bulan tidak posting. Terima kasih sudah mampir, maaf saya belum sempat lagi berkomentar di tulisannya Ibu, tapi sesekali suka membacanya. Wassalam

  3. Pingback: Manekin Gang Aljabri – Arsip gang indonesia

  4. Pingback: Manekin Gang Aljabri – Arsip gang indonesia

Leave a comment