Kemarin hari Kamis tanggal 28 Juli 2011 saya naik angkot lewat jalan Dago Bandung, sekilas terlihat bangunan lama yaitu SMAK (Sekolah Menengah Atas Kristen) Dago. Dengan serta merta saya menghentikan angkot dengan teriak: “kiri!”, dan cerita selanjutnya adalah menjepret bangunan tua tersebut dengan kamera kecil yang selalu saya bawa.
Akan tetapi ketika mau posting tulisan mengenai SMAK Dago ini ternyata pengetahuan saya atau bacaan saya minim sekali terpaksa searching dulu ke sana ke mari, dan didapat dari beberapa sumber, inilah dia:
Sejarah Singkat
SMAK (Sekolah Menengah Atas Kristen) Dago atau Lyceum asal mulanya adalah sebuah vila bernama Vila Tan yang dibangun pada tahun 1927 milik seorang pengusaha Cina.
Kemudian menjadi sekolah Christelijk Lyceum bernama Het Christelijk Lyceum (HCL) Nama Lyceum adalah konon nama sekolah yang didirikan Aristoteles tahun 335 SM.
Bangunan direnovasi oleh arsitek YS Devvis tahun 1939 lalu dilanjutkan oleh AW Gmelig Meijling tahun 40-an
Lyceum diakuisisi Jepang 30 Setember 1945 menjadi tempat kamp penampungan bagi perempuan dan anak-anak yang sakit
Pada Januari 1946 ketika Bandung utara menjadi kawasan sekutu, bangunan ini dijadikan rumah sakit,
Lalu pada Tahun 1958, terjadi nasionalisasi aset HCL yang kemudian dibagi ke beberapa sekolah yaitu SMAK Dago, SMAN 1, SMA Nasional, dan SMA Pembangunan.
Saat nasionalisasi aset, SMAK Dago dikelola oleh Yayasan Badan Perguruan Sekolah Menengah Kristen Jawa Barat.
Sengketa soal kepemilikan lahan Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) Dago sudah mulai terjadi sejak awal 1980-an. Kedua kubu yaitu Yayasan Badan Perguruan Sekolah Menengah Kristen Jawa Barat dan Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) saling mengklaim lahan tersebut.
Nilai Sejarah
Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi, oleh karena itu kita perlu melindunginya dari segala tindakan yang mengancam keberadaanya
Harastoeti lebih setuju bila bangunan SMAK Dago tetap difungsikan sebagai sarana pendidikan. Sebab sudah lama pula tempat tersebut dijadikan kegiatan belajar mengajar.
“Kalau memang berubah, tentu fungsinya harus beradaptasi dengan bangunan. SMAK Dago bangunan tua yang usianya sudah 50 tahun. Itu salah satu bangunan cagar budaya di Bandung yang harus dijaga nilai sejarahnya,” tutur Harastoeti ketua Bandung Heritage.
Saya tidak begitu tertarik untuk membahas masalah sengketanya akan tetapi nilai bangunan tersebut yang merupakan cagar budaya yang harus jangan sampai hilang. Mungkin suatu saat saya bisa masuk ke dalam gedung dan kompleknya, dengan izin setidaknya izin satpam yang menjaga di pintu pagar.
Dan di bawah ini adalah foto-foto yang saya buat sendiri tanpa izin siapapun:
Berita duka, kibarkan bendera setengah tiang, ketika aku datang lagi ke tempat itu pada tanggal 3 Mei 2012 melihat bahwa bangunan bersejarah, penanda Kota Bandung supaya warga jangan linglung, telah hilang dan rata dengan tanah. Sangat menyedihkan memang!
Telah hilang dan rata dengan tanah..?? menyedihkan…!!
yah begitulah, sama sekali tidak lucu! akan menjadi apa nantinya saya tidak tahu